Sadis, biadab, tak berhati nurani para pemerkosa, bagaikan hamba libido dan pemuja sex. Bukan harta atau benda yang dirampok, tetapi kesucian, mental dan harga diri seseorang yang dikoyak – koyak, dinodai lalu diludahkan kembali kemukanya sambil tertawa puas. Menganggap korban bagaikan secarik tisu yang sudah digunakan lalu dibuang seenaknya.
Gangguan fisik, seperti luka atau infeksi di sekitar alat reproduksi dan terkena penyakit menular bahkan mungkin berujung pada kehamilan, itulah berbagai kemungkinan yang akan berdampak bagi diri korban. Bahkan lebih dari itu, korban juga mengalami penderitaan karena luka dan trauma psikis yang tak akan tersembuhkan secara total sepanjang hidupnya. Gangguan – gangguan kejiwaan ini bukan sekedar diidap oleh korban pemerkosaan dalam hitungan hari, bulan maupun tahun, namun mungkin disepanjang hidupnya akan selalu di hantui oleh itu semua. Pada intinya, pemerkosaan akan mengubah hidup korban seketika itu juga dan tidak akan bisa kembali normal seperti sediakala.
Belakangan ini kita dikagetkan oleh kejadian nista sekaligus tragis yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Banyaknya pemerkosaan terhadap remaja putri yang masih belia dan bukan cuma sekedar itu saja bahkan balita pun tak luput menjadi korban. Ironisnya hal itu dilakukan oleh remaja putra yang justru diharapkan menjadi para penerus bangsa. Bahkan tak sekedar berhenti disitu saja, ketika hajatnya telah terlampiaskan tubuh lemah sudah tak berdaya dan penuh luka, lalu dihabisi dan kemudian dibuang begitu saja bagaikan sampah. Sadis, biadab, tak bernurani dan tak berperi kemanusiaan. Hal ini tentu memprihatinkan, apalagi jika mengingat diantara korban maupun pelaku masih mempunyai masa depan yang panjang. Peristiwa inipun menjadi tamparan telak bagi bangsa yang memiliki semboyan Bineka Tunggal Ika dan belum lama ini telah memperingati hari pendidikan nasional.
Walau diyakini kejadian – kejadian tersebut sebagai puncak dari sekian banyaknya kasus pemerkosaan di negeri ini, namun tetap peristiwa – peristiwa tersebut membuat semua orang terguncang. Berbagai respon dan tanggapan dari masyarakat, mulai dari keprihatinan dan kutukan yang dilontarkan yang mampu menarik perhatian para petinggi negeri ini untuk terjun langsung bersimpati dan berjanji akan mengambil tindakan tegas. Apapun itu segalanya telah terjadi, nyawa – nyawa korban telah melayang pergi dan tak akan kembali, meninggalkan keluarganya dengan luka yang menganga dan tanda tanya besar di hati ‘kenapa ini terjadi dan kenapa remaja – remaja sekarang sudah sedemikian menghamba dengan libido dan memuja sex? Hingga rela melakukan tindakan keji itu kepada gadis kecil yang tak berdaya.
Cobalah belajar untuk menanggalkan nafsu syahwati, berganti jubah keikhlasan untuk mengabdi dan melayani. Atau belajar mengendalikan diri, mengontrol panca indra, mengasah naluri dan emosi dalam kehidupan sehari – hari. Atau puasa dua kali sehari seperti halnya Nabi Daud. Atau puasa hari senin dan kamis. Jika masih punya keyakinan semua manusia pasti mati dalam hidup sementara yang hanya sekali ini dan yang kekal hanyalah disana nanti.
Namun jika memang mereka (para hamba libido dan pemuja sex) tetap ingin menuruti nafsu syahwatnya, alangkah lebih baiknya kumpulkan mereka, giring mereka dan bebaskan mereka di habitat yang sesuai dengan pemikiran dan tingkah laku mereka. Dimana sex bebas dan pemerkosaan dihalalkan dan menjadi kebiasaan dalam kesehariannya. Maka, kumpulkan saja mereka dengan para kera, karena sex bebas dan pemerkosaan merupakan tindakan yang paling sesuai dan cocok untuk dilakukan oleh bangsa kera.

0 Komentar